Header Ads

Baskara Putra Ungkap Makna di Balik Lagu 'Janji Palsu' yang Terinspirasi dari Kasus Bullying

Baskara ungkap makna kelam lagu 'Janji Palsu' (Sumber foto: Instagram/@wordfangs)

The Jakarta Pride - Baskara Putra, frontman dari grup musik Hindia, memberi penjelasan mengenai makna lagu "Janji Palsu." Lagu ini dirilis pada 2023 sebagai bagian dari album kedua Hindia bertajuk “Lagipula Hidup Akan Berakhir,” yang banyak menyuarakan isu-isu personal dan sosial.

Dalam sebuah siniar yang dipandu oleh podcaster Kemal Palevi yang diunggah di media sosial YouTube, Baskara mengungkapkan bahwa lirik dalam lagu tersebut sangat dekat dengan pengalaman pribadinya, terutama terkait kasus bullying yang dia alami serta orang-orang di sekitarnya.

Salah satu topik utama yang dibahas dalam lagu Janji Palsu adalah kemarahan dari tekanan psikologis karena bullying. Menurut Baskara, lirik-lirik yang dia tulis untuk lagu ini tidak hanya berbicara tentang bunuh diri, tetapi lebih kepada ekspresi kemarahan yang tak terucapkan.

“Di lagu Janji Palsu, bentuknya adalah kemarahan. Seperti dalam liriknya, ‘Sering ku berfantasi untuk bunuh diri agar kau merasa bersalah sampai mati,’” ungkap Baskara, lirik tersebut mengarah kepada situasi frustasi yang dialami oleh individu yang kerap terkena pembullyan.

Baskara juga menyinggung fenomena yang sering terjadi di media sosial, di mana netizen kerap menjadi pelaku bullying namun tiba-tiba berubah sikap ketika orang yang menjadi target mereka meninggal dunia. Dia menyayangkan sikap para netizen yang hanya menunjukkan empati setelah korban meninggal, padahal sebelumnya mereka secara terang-terangan menyebarkan komentar negatif.

“Banyak orang yang merasa dekat dengan korban setelah meninggal dan seolah-olah mereka tidak pernah membully. Padahal, mereka termasuk orang yang melontarkan komentar negatif,” ujar Baskara dengan wajah penuh antusias.

Selain itu, Baskara juga mempertanyakan apakah para netizen akan merasa bersalah jika korban dari bullying mereka benar-benar mengakhiri hidupnya. “Kalau suatu saat target yang dihajar oleh mereka itu bunuh diri, kira-kira mereka bakal nyesel gak ya?” lanjutnya. 

Dalam siniar tersebut, Kemal Palevi juga sempat mengajukan pertanyaan mengenai pengalaman pribadi Baskara yang menjadi target bullying oleh netizen. Baskara mengaku bahwa dirinya sangat terpukul ketika pertama kali mendapatkan serangan verbal dari netizen pada 2019.

“Oh sangat (depresi), gue pertama kali dibully netizen pada 2019, saat gue bahas lagu rock metal dari Feast,” ujar Baskara.

Sebagai informasi, saat itu Baskara menyatakan bahwa lagu "Peradaban" dari band Feast band yang juga digawangi oleh Baskara merupakan lagu yang lebih keras dibandingkan dengan lagu-lagu rock lainnya. 

Sejak insiden tersebut, mental Baskara mulai terbentuk untuk menghadapi berbagai macam kritik dan bullying yang datang dari media sosial. “Setelah kasus itu, mental gue mulai kebentuk untuk menghadapi berbagai macam bullyan,” jelas Baskara.

Dalam kesempatan yang sama, Baskara juga berbagi pandangannya mengenai sikap yang sebaiknya diambil oleh seseorang ketika menjadi korban bully di media sosial. Menurutnya, penting untuk mengakui kesalahan jika memang ada, daripada terus bertahan dan memperburuk situasi.

“Banyak yang bisa dipelajari dari momen-momen saat gue kena bully di media sosial. Gue merasa kasihan dengan orang yang dibully tapi gak mau minta maaf. Kalau lu salah, yaudah, minta maaf aja. Jangan terus mempertahankan diri karena akan ada banyak celah kesalahan dari omongan lu nanti,” ujar Baskara tegas.

Dia menyoroti bahwa sering kali orang yang menjadi target bullying justru semakin diserang ketika mereka tidak bersedia mengakui kesalahan. Alih-alih melindungi diri, menurut Baskara, sikap defensif ini hanya akan memperburuk citra diri di hadapan publik dan membuat masalah semakin besar.

Diberdayakan oleh Blogger.