Inilah Yang Terjadi di Otak Saat Kita Jatuh Cinta dan Putus Cinta
The Jakarta Pride- Momen ketika jatuh cinta memang menjadi hal yang sangat menyenangkan, bahkan sebagian orang rela melakukan hal yang kurang bermanfaat tanpa memikirkan efek samping dari perlakuan itu.
Tak jarang juga orang yang sedang dalam euforia ini membuat mereka
susah untuk menerima nasihat dari orang lain, ternyata semua ini ada penyebab
dari respon tubuh dan otak loh, berikut pembahasannya.
Saat seseorang secara naluriah jatuh cinta, otak manusia
dirangsang untuk mengaktifkan sistem reproduksi. Ini dapat menyebabkan korteks
frontal, bagian otak manusia yang bertanggung jawab untuk pengambilan
keputusan, berhenti bekerja untuk sementara.
Dengan berkurangnya fungsi kerja korteks frontal membuat seseorang
tersebut akan sedikit "tumpul" dan sulit membuat keputusan logis
berkenaan dengan apapun apalagi tentang sang pujaan hati.
Kecenderungan seseorang saat jatuh cinta pasti selalu memikirkan
orang yang ia cintai secara terus menerus, ini akan berdampak kepada energi
yang ia miliki habis untuk memikirkan orang yang ia cintai, tentu ini membuat
fungsi kognitif seperti multitasking akan terganggu yang berakibat seseorang
susah untuk fokus.
Selain itu jatuh cinta juga membuat hormon dopamin meningkat
tajam. Dopamin sendiri merupakan kunci seseorang yang menikmati rasa sakit
sekaligus kepuasaan dalam waktu bersamaan.
Hormon ini dikaitkan dengan gairah, kecanduan, euforia, dan
sifat-sifat pantang menyerah saat mengejar cinta. Sementara dopamin yang
meningkat ikut mempengaruhi produksi serotonin, hormon yang memperbaiki suasana
hati dan nafsu makan.
Dengan meningkatnya hormon ini secara drastis dapat membuat denyut
jantung terasa lebih cepat dan gangguan kecemasan. Jika hal ini terus terjadi,
seseorang tersebut akan merasa sangat gelisah dan membuat ia rela melakukan apa
saja termasuk hal yang dipandang orang lain "bodoh" sekalipun.
Selain meningkatkan produksi hormon dopamin, jatuh cinta juga bisa
memicu produksi hormon serotonin. Kadar serotonin yang tinggi juga banyak
ditemukan pada penderita OCD. Inilah mengapa cinta membuat kamu cemas dan gugup.
Sementara perasaan berdebar-debar dan keringat dingin disebabkan
oleh hormon adrenalin. Hormon lain yang keluar saat jatuh cinta sama dengan
ketika kamu ketakutan. Dalam kondisi seperti ini, seseorang yang jatuh cinta
akan sangat sulit diajak bicara hal-hal di luar masalah percintaannya.
Namun ketika seseorang putus cinta, kadar oksitosin dan dopamin turun, sementara
pada saat yang sama ada peningkatan kadar salah satu hormon yang bertanggung
jawab atas stres yakni kortisol,
Saat sedih otak juga memberikan sinyal agar melepaskan hormon
stres kortisol yang dapat mempengaruhi kekebalan tubuh. Meski hati dan pikiran
memiliki hubungan yang sangat erat, perlu studi lebih lanjut untuk
menegaskannya.
Nah itu dia beberapa penyebab yang dapat membuat seseorang apatis
saat jatuh cinta, kamu tidak boleh denial secara terus menerus, kamu harus
sadari ini adalah sebuah masalah yang perlu dicari jalan keluarnya.
Kamu juga tidak akan pernah ketemu solusi dari satu masalah kalau
kamu mengidentifikasikan masalahnya saja sudah gagal, jadi terima rasa sakit
itu, isi waktu dengan hal-hal yang lebih produktif. Kamu harus percaya, tidak
ada badai yang tidak usai, cepat atau lambat tiap luka akan pulih dan
mengering, mungkin meninggalkan bekas tapi tidak akan menyakitkan selama kamu
masih percaya hari itu akan datang.
Post a Comment